Demam bukanlah sebuah penyakit, namun merupakan gejala yang menyertai kondisi tertentu. Kabar baiknya, demam sebenarnya menunjukkan bahwa tubuh Anda cukup sehat dan menandakan sistem kekebalan tubuh sedang bekerja dengan baik untuk melawan adanya infeksi di dalam tubuh.
Suhu tubuh normal manusia berkisar 36,5-37,5 derajat Celcius, di mana tubuh dikategorikan sebagai demam apabila mengalami kenaikan suhu hingga 38 derajat Celcius atau lebih.
Macam-Macam Demam Berdasarkan Ketinggian Suhu Tubuh
Demam dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tingkat ketinggian suhunya, semakin tinggi demam maka dibutuhkan perhatian khusus hingga pertolongan medis darurat. Menurut Journal of Infection and Public Health, demam dikategorikan menjadi:
- Demam ringan bila suhu tubuh naik di antara 38-39 derajat Celcius
- Demam sedang bila suhu tubuh naik di antara 39-40 derajat Celcius
- Demam tinggi bila suhu tubuh naik di antara 40-41,1 derajat Celcius
- Hiperpireksia bila suhu tubuh naik lebih dari 41,5 derajat Celcius
Apa itu Hiperpireksia?
Hiperpireksia adalah demam tinggi, di mana suhu tubuh lebih dari 41,5 derajat Celcius. Pada hiperpireksia, otak memberitahu tubuh untuk menaikkan suhu dasarnya di atas normal. Tubuh merespon pesan otak dan menaikkan suhu ke garis dasar baru.
Hiperpireksia berbeda dari hipertermia. Pada hiperpireksia, otak mengatur kenaikan suhu tubuh sehingga terjadi demam, sedangkan pada hipertermia, tubuh tidak dapat menangani panas dari penyebab lingkungan sehingga menjadi terlalu panas, misalnya pada kasus heat stroke.
Berbahayakah bila Mengalami Demam Tinggi?
Demam tinggi tidak selalu berbahaya, namun ketika Anda mengalami hiperpireksia, maka sebaiknya tidak bertahan dengan perawatan di rumah saja. Hiperpireksia membutuhkan pertolongan medis segera karena dianggap sebagai keadaan darurat medis. Jika tidak diberikan perawatan yang tepat, hiperpireksia bisa berakhir dengan kerusakan organ hingga kematian.
Penyebab hiperpireksia
Sama seperti demam pada umumnya, hiperpireksia juga seringkali disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri. Beberapa kondisi berikut dapat menyebabkan Anda mengalami hiperpireksia, di antaranya:
- Perdarahan intrakranial
Pada beberapa kasus, perdarahan di otak yang disebut dengan perdarahan intrakranial dapat menyebabkan hiperpireksia. Perdarahan ini dapat terjadi akibat kecelakaan, trauma, dan stroke, di mana perdarahan memengaruhi area otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus bertanggung jawab dalam mengatur suhu tubuh.
- Sepsis
Walaupun jarang terjadi, namun sepsis dapat menyebabkan hiperpireksia. Sepsis adalah respon yang berpotensi mengancam jiwa terhadap infeksi, yang disebabkan oleh respon berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. Apabila sepsis dibiarkan berkembang, maka Anda dapat mengalami kerusakan organ.
- Efek dari Pembiusan (anestesi)
Hiperpireksia juga dapat terjadi sebagai efek samping anestesi umum, yang biasanya didasari ketika Anda memiliki penyakit otot. Kenaikan suhu tubuh yang cepat terjadi begitu obat bius masuk ke dalam tubuh, sehingga dokter harus segera melakukan penyesuaian agar suhu tubuh dapat diturunkan.
- Badai Tiroid
Kondisi langka yang disebut badai tiroid adalah ketika tubuh memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Kelebihan hormon ini mengganggu pengaturan suhu tubuh sehingga dapat menyebabkan hiperpireksia.
Seseorang yang mengalami hiperpireksia biasanya akan dikompres atau dimandikan dengan air dingin untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Pakaian yang digunakan juga sebaiknya pakaian yang longgar, atau apabila pakaian terlalu ketat maka harus dilepaskan. Pemberian cairan melalui infus juga dapat membantu menurunkan suhu tubuh serta mengatasi dehidrasi. Sebagian besar hiperpireksia membutuhkan pertolongan medis darurat, terutama bila terkait dengan perdarahan, sepsis, atau badai tiroid yang harus segera diatasi. Pastikan untuk menyediakan termometer di rumah sehingga Anda bisa memantau apakah demam yang dialami membutuhkan pertolongan medis darurat.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina